· pemeliharaan ulat
Kali
ini kami akan mengepost tentang cara pemeliharaan untuk ulat sutera dengan cara
yang benar.
Selain cara pemeliharaan yang benar, keberhasilan
pemeliharaan ulat sutera juga ditentukan oleh keahlian si pemelihara
menghindarkan ulat-ulatnya dari serangan hama dan penyakit. Menghindarkan ulat
dari serangan hama dan penyakit berarti menjaga ribuan, puluhan, atau ratusan
ribu dan bahkan mungkin jutaan ulat agar jangan sampai terserang hama dan
penyakit. Suatu usaha yang tidak dapat dikatakan mudah, tetapi harus dapat
dilakukan oleh setiap pemelihara ulat sutera. Disamping serangan hama dan
penyakit, gangguan terhadap kesehatan ulat sutera bisa juga disebabkan karena
keracunan.
Hama Ulat Sutera
Hama merupakan organisme berukuran relatif besar yang merugikan.
Bisa sebagai parasit atau bisa juga sebagai hewan pemangsa. Hama-hama yang
sering menyerang ulat sutera diantaranya adalah sebagai berikut.
·
1 Crossocosmila zebina
·
2 Ctenophorocera pravida
·
3 Tricholyga sorbillan
·
4 Pediculoides
ventricosus
· 5 Hama lain; tikus, cicak
dan semut dapat menimbulkan gangguan terhadap ulat sutera. Hewan-hewan ini
memangsa ulat sehingga kehadirannya dalam ruang pemeliharaan perlu diwaspadai.
Untuk mencegah serangan hama ini, ruang pemeliharaan harus diusahakan
selalu bersih dan tidak ada celah-celah yang bisa digunakan sebagai tempat
persembunyian hama. Selain itu, dapat pula dilakukan tindakan pemberantasan
terhadap tikus, cicak dan semut.
Ø Penyakit
Ulat Sutera
Gangguan terhadap kehidupan ulat sutera tidak hanya dari organisme
berukuran besar saja. Berbagai mikroorganisme juga sering menyerang ulat
sutera, sehingga mengakibatkan bermacam-macam penyakit, di antaranya adalah
sebagai berikut.
Ø Penyakit pebrine
Ø Penyakit muscardine
Ø Penyakit flacherie
Ø
Penyakit akibat keracunan; Kebun murbei yang berdekatan dengan
kebun tembakau dapat menyebabkan terjadinya keracunan pada ulat sutera. Ulat
yang keracunan tembakau menampakkan gejala seperti gerakan yang melemah, nafsu makan menghilang, tampak kesakitan, memuntahkan getah lambung, lalu
terkulai dan jatuh.Akibat dari keracunan ini dapat disembuhkan dengan pemberian
daun murbei yang
Ø
segar. Jika keracunannya berat, pemulihan kondisi tubuh ulat
memakan waktu cukup lama. Untuk mencegah keracunan, kebun murbei harus
dijauhkan dari kebun tembakau, minimal beranjak 100 m. Keracunan
dapat pula disebabkan oleh pestisida yang baru saja disemprot pestisida jangan
diambil sebagai pakan ulat. Pengambilan baru dilakukan setelah pengaruh dari
pestisida telah hilang.
Ø Sutra atau sutera merupakan serat protein alami yang dapat ditenun menjadi tekstil. Jenis sutra yang paling umum adalah
sutra darikepompong yang dihasilkan larva ulat sutra murbei (Bombyx mori) yang diternak (peternakan
ulat itu disebut serikultur). Sutra memiliki tekstur mulus, lembut, namun tidak
licin. Rupa berkilauan yang menjadi daya tarik sutra berasal dari struktur
seperti prisma segitiga
dalam serat tersebut yang membuat kain sutra dapat membiaskan cahaya dari
berbagai sudut.
Ø Pemintalan benang
sutra dari kepompong ulat sutra.
Ø "Sutra liar"
dihasilkan oleh ulat selain ulat sutra murbei dan dapat
pula diolah. Berbagai sutra liar dikenali dan digunakan di Cina, Asia Selatan, dan Eropa sejak dahulu,
namun skala produksinya selalu jauh lebih kecil daripada sutra ternakan. Sutra
liar berbeda dari sutra ternakan dari segi warna dan tekstur, serta kepompong
liar yang dikumpulkan biasanya sudah dirusak oleh ngengat yang keluar sebelum kepompong
tersebut diambil, sehingga benang sutra yang
membentuk kepompong itu sudah terputus menjadi pendek. Ulat sutra ternakan
dibunuh dengan dicelup ke dalam air mendidih sebelum keluarnya ngengat dewasa,
atau ditusuk dengan jarum, sehingga seluruh kepompong dapat diurai menjadi
sehelai benang yang tak terputus. Ini membuat sutra bisa ditenun menjadi kain
yang lebih kuat. Sutra liar biasanya juga lebih sukar dicelup warna daripada
sutra ternakan.
Ø Empat jenis ngengat
sutra ternakan yang terpenting.
Ø Sutra juga dihasilkan
oleh beberapa jenis serangga lain, namun hanya jenis sutra dari ulat sutra yang
digunakan untuk pembuatan tekstil. Pernah juga dijalankan kajian terhadap
sutra-sutra lain yang menampakkan perbedaan dari aspek molekul. Sutra
dihasilkan terutama oleh larva serangga yang
bermetamorfosis lengkap, tetapi juga dihasilkan oleh
beberapa serangga dewasa seperti Embioptera.
Produksi sutra juga kerap dijumpai khususnya pada serangga ordo hymenoptera (lebah, tabuhan, dan semut),
dan kadang kala digunakan untuk membuat sarang. Jenis-jenis arthropoda yang lain juga menghasilkan
sutra, terutama arachnida seperti laba-laba. Untuk kain sutra dari jaring
laba-laba atau disebut Qmonos (sarang laba-laba dalam bahasa Jepang) diklaim
memiliki kekuatan tiga kali lebih kuat dari Kevlar (bahan yang biasa digunakan
untuk rompi anti peluru) serta lima kali lebih kuat dari baja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar