Jumat, 13 Februari 2015

· pemeliharaan ulat
   Kali ini kami akan mengepost tentang cara pemeliharaan untuk ulat sutera dengan cara yang benar.
Selain cara pemeliharaan yang benar, keberhasilan pemeliharaan ulat sutera juga ditentukan oleh keahlian si pemelihara menghindarkan ulat-ulatnya dari serangan hama dan penyakit. Menghindarkan ulat dari serangan hama dan penyakit berarti menjaga ribuan, puluhan, atau ratusan ribu dan bahkan mungkin jutaan ulat agar jangan sampai terserang hama dan penyakit. Suatu usaha yang tidak dapat dikatakan mudah, tetapi harus dapat dilakukan oleh setiap pemelihara ulat sutera. Disamping serangan hama dan penyakit, gangguan terhadap kesehatan ulat sutera bisa juga disebabkan karena keracunan.
Hama Ulat Sutera
Hama merupakan organisme berukuran relatif besar yang merugikan. Bisa sebagai parasit atau bisa juga sebagai hewan pemangsa. Hama-hama yang sering menyerang ulat sutera diantaranya adalah sebagai berikut.
·        1 Crossocosmila zebina
·        2 Ctenophorocera pravida
·        3 Tricholyga sorbillan 
·        4  Pediculoides ventricosus
·     5  Hama lain; tikus, cicak dan semut dapat menimbulkan gangguan terhadap ulat sutera. Hewan-hewan ini memangsa ulat sehingga kehadirannya dalam ruang pemeliharaan perlu diwaspadai. Untuk mencegah serangan  hama ini, ruang pemeliharaan harus diusahakan selalu bersih dan tidak ada celah-celah yang bisa digunakan sebagai tempat persembunyian hama. Selain itu, dapat pula dilakukan tindakan pemberantasan terhadap tikus, cicak dan semut.
Ø Penyakit Ulat Sutera
Gangguan terhadap kehidupan ulat sutera tidak hanya dari organisme berukuran besar saja. Berbagai mikroorganisme juga sering menyerang ulat sutera, sehingga mengakibatkan bermacam-macam penyakit, di antaranya adalah sebagai berikut.
Ø Penyakit pebrine
Ø Penyakit muscardine
Ø Penyakit flacherie
Ø Penyakit akibat keracunan; Kebun murbei yang berdekatan dengan kebun tembakau dapat menyebabkan terjadinya keracunan pada ulat sutera. Ulat yang keracunan tembakau menampakkan gejala seperti gerakan yang melemah, nafsu makan menghilang, tampak kesakitan, memuntahkan getah lambung, lalu terkulai dan jatuh.Akibat dari keracunan ini dapat disembuhkan dengan pemberian daun murbei yang
Ø segar. Jika keracunannya berat, pemulihan kondisi tubuh ulat memakan waktu cukup lama. Untuk mencegah keracunan, kebun murbei harus dijauhkan dari kebun tembakau, minimal beranjak 100 m.   Keracunan dapat pula disebabkan oleh pestisida yang baru saja disemprot pestisida jangan diambil sebagai pakan ulat. Pengambilan baru dilakukan setelah pengaruh dari pestisida telah hilang.
Ø Sutra atau sutera merupakan serat protein alami yang dapat ditenun menjadi tekstil. Jenis sutra yang paling umum adalah sutra darikepompong yang dihasilkan larva ulat sutra murbei (Bombyx mori) yang diternak (peternakan ulat itu disebut serikultur). Sutra memiliki tekstur mulus, lembut, namun tidak licin. Rupa berkilauan yang menjadi daya tarik sutra berasal dari struktur seperti prisma segitiga dalam serat tersebut yang membuat kain sutra dapat membiaskan cahaya dari berbagai sudut.
Ø Pemintalan benang sutra dari kepompong ulat sutra.
Ø "Sutra liar" dihasilkan oleh ulat selain ulat sutra murbei dan dapat pula diolah. Berbagai sutra liar dikenali dan digunakan di CinaAsia Selatan, dan Eropa sejak dahulu, namun skala produksinya selalu jauh lebih kecil daripada sutra ternakan. Sutra liar berbeda dari sutra ternakan dari segi warna dan tekstur, serta kepompong liar yang dikumpulkan biasanya sudah dirusak oleh ngengat yang keluar sebelum kepompong tersebut diambil, sehingga benang sutra yang membentuk kepompong itu sudah terputus menjadi pendek. Ulat sutra ternakan dibunuh dengan dicelup ke dalam air mendidih sebelum keluarnya ngengat dewasa, atau ditusuk dengan jarum, sehingga seluruh kepompong dapat diurai menjadi sehelai benang yang tak terputus. Ini membuat sutra bisa ditenun menjadi kain yang lebih kuat. Sutra liar biasanya juga lebih sukar dicelup warna daripada sutra ternakan.
Ø Empat jenis ngengat sutra ternakan yang terpenting.

Ø Sutra juga dihasilkan oleh beberapa jenis serangga lain, namun hanya jenis sutra dari ulat sutra yang digunakan untuk pembuatan tekstil. Pernah juga dijalankan kajian terhadap sutra-sutra lain yang menampakkan perbedaan dari aspek molekul. Sutra dihasilkan terutama oleh larva serangga yang bermetamorfosis lengkap, tetapi juga dihasilkan oleh beberapa serangga dewasa seperti Embioptera. Produksi sutra juga kerap dijumpai khususnya pada serangga ordo hymenoptera (lebahtabuhan, dan semut), dan kadang kala digunakan untuk membuat sarang. Jenis-jenis arthropoda yang lain juga menghasilkan sutra, terutama arachnida seperti laba-laba. Untuk kain sutra dari jaring laba-laba atau disebut Qmonos (sarang laba-laba dalam bahasa Jepang) diklaim memiliki kekuatan tiga kali lebih kuat dari Kevlar (bahan yang biasa digunakan untuk rompi anti peluru) serta lima kali lebih kuat dari baja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar